Berita

Banjir Bandang dan Longsor di Agam, Akses Terputus, Ratusan Warga Belum Ditemukan

15
×

Banjir Bandang dan Longsor di Agam, Akses Terputus, Ratusan Warga Belum Ditemukan

Sebarkan artikel ini
(Ket photo: Akses Terputus, Basarnas Melakujan Pencarian Korban Bencana Dengan Helikopter)

PADANG -Cuaca ekstrem yang memicu banjir bandang dan longsor di Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, kembali menegaskan rapuhnya infrastruktur dan kesiapsiagaan kebencanaan di Sumatera Barat.

Di tengah upaya penyelamatan yang berpacu dengan waktu, ratusan warga masih belum ditemukan. Jalur darat menuju lokasi juga terputus total akibat banyaknya titik longsor.

Dibeberapa lokasi bencana warga bersama relawan terus berupaya mengevakuasi korban meski terkendala minimnya peralatan dan medan yang sangat sulit.

Beberapa akses yang masih tertutup membuat seluruh proses bergantung pada kondisi cuaca. Pembukaan jalur darat kini menjadi prioritas agar bantuan dapat tiba lebih cepat.

“Ini duka yang sangat dalam bagi Sumatera Barat. Kita akan terus berjuang sampai semua korban ditemukan dan setiap keluarga mendapatkan kepastian,” kata Wagub Basko Ketika di Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agama. (29/11)

Disana belasan jenazah terbaring menunggu evakuasi, warga menanti kabar anggota keluarga, sementara proses penyelamatan berjalan lambat akibat tantangan medan.

Tim gabungan bekerja tanpa henti menyisir area terdampak, menyalurkan logistik, memberikan layanan kesehatan, dan mengevakuasi korban ke titik aman.

Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Era Sukma Munaf, menyebutkan bahwa data korban dan kerusakan masih terus diperbarui. Hingga Sabtu malam, tercatat: 98 orang meninggal dunia. 93 orang masih hilang. 17 orang mengalami luka-luka.

Sementara sebanyak 9.410 warga telah mengungsi dana 29.536 jiwa yanga terdampak.

Kerusakan rumah warga meliputi 1.010 unit rusak ringan, 556 rusak sedang, dan 232 rusak berat. Selain itu, 11 musala, empat fasilitas kesehatan, sejumlah jembatan, ruas jalan, dan area persawahan juga terdampak.

Era menegaskan bahwa angka-angka tersebut masih dinamis. “Semua data ini masih bergerak karena masih ada pencarian dan pendataan di lapangan,” ujarnya.

Dari total korban meninggal, 72 berasal dari Palembayan, 10 dari Kota Padang, dan sisanya dari Tanah Datar yang masih diinput ke data resmi.

Dikatakan, sebanyak 16 daerah di Sumbar terdampak bencana dengan tingkat keparahan berbeda. Sementara itu, Kepulauan Mentawai hanya mengalami banjir di Siberut tanpa korban jiwa.

Akses Terputus, Sejumlah Titik Masih Terisolasi
Sejumlah wilayah masih terisolasi, termasuk dua titik di Palembayan yang belum bisa dijangkau tim akibat jalan terputus dan banyaknya longsor. Wilayah Malalak di Kabupaten Agam juga “terkepung” karena jalur Padang Lua dan Sicincin mengalami kerusakan parah.

Di Sicincin, jembatan di kawasan Koto Mambang terputus dan tengah diperbaiki oleh Dinas BMCKTR Sumbar. Empat alat berat telah dikerahkan sejak Sabtu pagi untuk membuka akses dan mempercepat pencarian korban. Bantuan alat berat tambahan juga telah masuk, termasuk dari BWSS V yang membantu percepatan normalisasi dan pembukaan jalur di Lubuk Minturun.

Distribusi Bantuan Terkendala Akses
Distribusi bantuan ke Palembayan masih terkendala beratnya akses. Banyak titik longsor dan jembatan yang rusak membuat logistik sulit masuk.

Karena itu, pembukaan jalur menjadi fokus utama agar kebutuhan medis, suplai makanan, dan mobilisasi tim dapat berjalan maksimal.

Era menggambarkan bahwa dampak cuaca ekstrem kali ini jauh lebih luas dari perkiraan. Dengan ratusan warga masih hilang dan ribuan lainnya mengungsi, pemerintah daerah bersama tim gabungan terus memaksimalkan upaya meski terhambat cuaca dan geografis.

Pemprov Sumbar mengimbau masyarakat tetap waspada dan mengikuti informasi resmi terkait perkembangan bencana. Sementara itu, pencarian, perbaikan akses, dan penyaluran bantuan terus menjadi prioritas utama. (R)